Beriktikaf hingga Mohon Doa Selama Ramadan
Masjid Kiai Muara Ogan, Wong Plembang biasa menyebutnya Ki Merogan, merupakan salah satu masjid bersejarah. Masjid yang dibangun masa penjajahan Belanda atau sekitar tahun 1871, kini sudah berusia lebih dari 135 tahun. Selama kurun waktu itu, masjid yang didirikan Mgs H Abdul Hamid bin Mahmud, baru tiga kali direnovasi. Renovasi pertama pada masjid yang ukuran 30 m x 30 m ini sekitar tahun 1950. Saat itu, pemugaran dilakukan secara besar-besaran, termasuk merubah bentuk kubah. Kemudian pada 1989, bentuk asli masjid dikembalikan kembali. Saat itu, pembangunan masjid yang didanai sepenuhnya oleh pengusaha kaya H Halim, diresmikan oleh Menteri Kehutanan RI Ir Hasrul Harahap. Terakhir, pemugaran dilakukan pada 2006, yang juga didanai oleh H Halim. Disebut Muara Ogan, karena masjid ini terletak di pinggir sungai, yang merupakan pertemuan aliran Sungai Ogan dan Sungai Musi. Karenanya, masjid tersebut disebut Muara Ogan.Ketua Yayasan Masjid Kiai Muara Ogan yang juga merupakan keturunan ketiga pendiri Masjid Mgs Usman Ahmad, kepada koran ini menuturkan, pendiri Masjid Muara Ogan merupakan orang ternama, sekaligus pengusaha kayu terbesar. Selama hidupnya, Mgs Abdul Hamid lebih memilih ke bidang dakwah dari pada bisnis. Tak heran dalam rentang waktu hidupnya antara 1810–1901, Mgs Abdul Hamid sudah mendirikan dua buah masjid, satunya lagi Masjdi Lawang Kidul yang berada di Kecamatan Ilir Timur (IT) II. Soal jemaah, ditambahkannya, yang berkunjung ke masjid ini bukan hanya dari Kota Palembang, tapi juga berasal dari luar kota. Jumlahnya pun tidak sedikit, apalagi pada Bulan Ramadan ini. Gelombang jemaah terus berdatangan silih berganti, mulai pagi hari, hingga saat berbuka puasa. Umumnya jemaah datang untuk berziarah. Sebab, dalam bangunan masjid tersebut, terdapat Makam Kiai Muara Ogan beserta zuriatnya. “Para penziarah datang ke sini untuk berdoa. Karena pada bulan Ramadan, makam para wali di jaga langsung oleh malaikat. Karenanya, para penziarah berdoa di tempat ini dengan harapan doa mereka diterima Allah SWT,” jelasnya. Doa mereka pun beragam, mulai dari menginginkan kerukunan dalam rumah tangga, berharap jodoh, dan meminta ampunan kepada Allah SWT. “Tapi yang perlu diingat, para jemaah tersebut berdoa bukan pada Kiai Muara Ogan, tetapi berdoa langsung kepada Allah, hanya saja tempatnya dilakukan di sini,” bebernya. Cukup sampai di situ? Ternyata tidak. Pada bulan Ramadhan, masjid ini juga melakukan berbagai ritual keagamaan seperti salat Tarawih berjemaah, tadarus Alquran, ceramah Subuh, hingga buka puasa bersama. Khusus buka puasa, pengurus masjid sudah mempersiapkan hidangan gratis. “Yang datang bukan hanya penduduk sekitar masjid, tetapi penduduk pendatang (musafir, red) juga kita terima. Dengan suasana kekeluargaan, kami merayakan buka puasa bersama di masjid ini,” terangnya. (32)
Posted in: on Minggu, 03 Februari 2008 at di 20.28