Pulang Karena Dua Anak Yatim
Haul ke 101 Ki Merogan (Sripo, Senin, 04 November 2002)
ALUNAN suara jemaah membaca surah yaasin yang dilanjutkan tahlil menggema dari dalam masjid tua di Lawang Kidul, 5 Ilir, Palembang. Suara yang keluar dari mulut para ulama berpadu dengan suara jemaah masjid menandai haul wafatnya Kiai Muara Ogan atau yang lebih dikenal Ki Merogan ke-101, Sabtu (2/10) di Masjid Lawang Kidul.Haul yang berlangsung dalam suasana sederhana serta hikmad dihadiri beberapa ulama dari berbagai wilayah di Palembang. Itu membuktikan Ki Merogan merupakan ulama di Palembang yang mempunyai pengaruh baik di masanya sampai dengan kini. Di antara ulama yang hadir antara lain KH Ahmad Syafei Yunus dari 8 Ilir, M Nurdin Mansur (1 Ulu), Ustadz Habib Ubaidillah (10 Ilir), Ahmad Umar (5 Ilir) serta beberapa ulama lain yang turut diundang.Haul wafatnya Ki Merogan yang wafat 31 Oktober 1901 merupakan acara rutin tahunan. 2001 lalu telah dilaksanakan di Masjid Ki Merogan, Kertapati dan tahun ini dilakukan di Masjid Lawang Kidul. Di tempat ini, selain membaca surah yaasin dan tahlil, haul juga diisi ceramah agama tentang teladan sikap seorang kiai. Ceramah disampaikan dua ustadz masing-masing Kiai Haji Ali Umar Toyib dan Habib Kiai Haji Umar Abdul Aziz Syahab.Sementara dalam penuturan singkat riwayat Ki Merogan, Ketua Pengurus Kerukunan Keluarga Kiai Muara Ogan, Mgs Ahmad Fauzi, SPd kepada Sripo mengatakan peninggalan Ki Merogan yang masih dapat disaksikan berupa dua masjid yang sampai saat ini masih berdiri kokoh. Masjid itu masing-masing adalah Masjid Lawang Kidul di 5 Ilir serta Masjid Ki Merogan di Kertapati.Dalam riwayatnya, Ki Merogan yang juga bernama Masagus Haji Abdul Hamid awalnya bermukim di tanah Arab sebelum memutuskan kembali ke Palembang. “Di sana waktu mau pulang sempat ditahan keluarganya. Namun ia berkeinginan besar pulang ke Palembang. Katanya ia meninggalkan dua anak yatim yang ternyata kemudian diketahui dua anak yatim itu adalah dua masjid yang pernah dibangunnya,” papar Ahmad Fauzi.Di zaman pemerintahan Belanda, jemaah Masjid Lawang Kidul pernah dilarang menunaikan Shalat Jumat oleh pemerintah Belanda. Tetapi dengan kegigihan Ki Merogan dibantu sahabatnya antara lain Syech Khatib Minangkabau akhirnya Shalat Jumat tetap dapat terlaksana.Menurut Ahmad Fauzi riwayat hidup dan cerita seputar Ki Merogan umumnya diketahui dari mulut ke mulut. Cerita lain tentang Ki Merogan yakni tentang pembuktian di hadapan Belanda bahwa di mana ada air di situ ada kehidupan. Itu dibuktikan dengan membelah kelapa dan terbukti dalam kelapa terdapat ikan.Acara haul tersebut, kata Ahmad Fauzi, diharapkan dapat membina moral generasi muda dengan mencontoh sikap rela berkorban untuk kepentingan agama. (sugeng hariadi)
Posted in: on Minggu, 03 Februari 2008 at di 20.33